Rabu, 06 April 2011

POTENSI DAN PERMASALAHAN EKOSISTEM PANTAI MENTIGI


LAPORAN PRAKTIKUM STATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM PANTAI
ANALISIS POTENSIS DAN PERMASALAHAN EKOSISTEM PANTAI MENTIGI
Oleh: Pande, Ike’, Ayu, Mala,dan Novi
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2011


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Wilayah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata.
Indonesia sebagai Negara beriklim tropis memiliki banyak potensi sumber daya biologi laut. Wilayah Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi, sehingga banyak para wisatawan dari mancanegara yang datang ke Indonesia untuk melihat dan mempelajari aspek ini. Namun,berbagai aktivitas yang dilakukan manusia dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam di kawasan pesisir dan laut, sering tanpa mengindahkan konsep kelestarian alam, sehingga yang terjadi adalah potensi tersebut terus menurun.
Lombok merupakan salah satu pulau bagian dari wilayah kepulauan Indonesia dengan pantai yang terkenal indah. Pulau Lombok, seperti halnya pulau-pulau lain yang di kawasan Indonesia, dikelilingi oleh lautan yang menyimpan sumber daya alam melimpah. Banyak pantai yang telah dikembangkan potensi sumber daya alamnya, namun tak jarang ada juga yang belum dikembangkan potensinya secara maksimal. Melalui kegiatan analisis potensi sumber daya alam ekosistem pantai ini, diharapkan mampu menggali berbagai potensi yang ada dalam suatu wilayah pesisir berdasarkan inventarisasi yang dilakukan. Serta mampu menemukan permasalahan yang ada terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam berlebih sehingga dapat dicari solusi yang tepat untuk mengatasi atau mencegah permasalahan yang timbul.
Pantai Mentigi yang terletak di Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang,  Kabupaten Lombok Utara memiliki potensi sumber daya pesisir yang belum dikembangkan secara optimal. Dengan dilakukannya analisis potensi dan permasalahan yang terdapat di wilayah ini dapat membantu dalam menyusun pedoman pengelolaan ekosistem pesisisr secara terpadu dan berkelanjutan untuk wilayah pesisir mentigi.
1.2.Rumusan Masalah
a.       Apakah potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah pantai mentigi?
b.      Potensi apa saja yang telah dikembangkan di wilayah pantai mentigi?
c.       Potensi apa saja yang belum dikembangkan di wilayah pantai mentigi?
d.      Permasalahan apa saja yang terdapat di wilayah pantai mentigi tarkait dengan pengembangan potensi yang ada?
1.3.Tujuan
a.    Untuk mengetahui berbagai potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah pantai mentigi
b.      Untuk mengetahui potensi yang telah dikembangan di wilayah pantai mentigi
c.       Untuk mengetahui potensi yang belum dikembangkan di wilayah pantai mentigi
d.      Untuk mengetahuai masalah yang terdapat di wilayah pantai mentigi terkait dengan pengembangan potensi yang ada
1.4.Manfaat
Diharapkan dengan dilakukannya analisis potensi dan permasalahan sumber daya alam di wilayah pantai mentigi akan menambah wawasan pembaca mengenai berbagai potensi yang ada di wilayah tersebut serta dapat dijadikan refrensi dalam menyusun program pengelolaan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan. 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Wilayah Pesisir Indonesia
Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin. Kondisi suatu wilayah pesisir erat kaitannya dengan sistem sungai yang bermuara di wilayah itu. Perubahan sifat sungai yang mungkin terjadi, baik yang disebabkan karena proses alami maupun sebagai akibat kegiatan manusia, baik yang terjadi di hulu maupun di daerah hilir, akan mempengaruhi wilayah pesisir yang bersangkutan (Supriharyono, 2007).
Indonesia, sebagai daerah tropis, mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi, baik di darat maupun di laut, khususnya di wilayah pesisir. Tingginya keanekaragaman hayati tersebut tidak lepas dari kondisi geofisik dan letak geografis perairan Indonesia. Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia sekitar 17.508 pulau dengan panjang garis pantai sekitar 81.791 km. Panjangnya perairan dangkal ini memungkinkan tingginya keanekaragaman jenis organism penghuninya (Supriharyono, 2007).
Provinsi NTB terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dengan luas daratan 20.153,15 km2 dan luas perairan laut 29.159,04 km2. Perbandingan luas daratan dari dua pulau utama tersebut yaitu Pulau Lombok seluas 4.738,70 km2 (23,51%) dan Pulau Sumbawa seluas 15.414,50 km2 (76,49%). Di sekitar pulau tersebut terdapat ± 282 pulau-pulau kecil dengan panjang garis pantai 2.333 km. Provinsi NTB terdiri dari 7 Kabupaten 2 Kota, 116 Kecamatan dan 910 Desa/Kelurahan (Administrator, 2009).
2.2. Ekosistem Peisir
Ekosistem perairan pesisir laut tropis yang meliputi estuaria, hutan pantai atau mangrove, padang lamun dan terumbu karang diketahui mempunyai keanekaragaman jenis organisme yang sangat tinggi dan juga mempunyai potensi yang sangat besar untuk menunjang produksi perikanan. Produktivitas primer di perairan pesisir dapat mencapai lebih dari 10.000 gr C/m2/th. Nilai ini sangat tinggi atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas perairan di laut dangkal, yaitu sekitar 100 gr C/m2/th atau perairan di laut dalam yang hanya sekitar 50 gr C/m2/th (Supriharyono, 2000).
Daerah pesisir termasuk zona ekoton karena merupakan daerah interaksi antara dua ekosistem yang berbeda yaitu ekosistem daratan dan lautan. Komponen-komponen biotik dan abiotik di kedua ekosistem ini membentuk zona ekoton pesisir saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk karakteristik wilayah pesisir yang unik. Modifikasi lingkungan pesisir yang sangat cepat, hilang dan rusaknya keragaman hayati ekosistem pesisisr termasuk mangrove, lagoon, rawa, dan terumbu karang merupakan hal yang patut mendapatkan perhatian serius (Haryani, 2002).
Ekosistem terumbu karang ini di bentuk oleh komunitas karang dan berbegai biota laut yang berasosiasi dengan karang. Dalam hal evaluasi terhadap kondisi ekosistem terumbu karang, kriteria yang dikembangkan berupa tutupan karang. Ekosistem terumbu karang dikatakan buruk apabila mempunyai karang hidup sebesar 0 – 24,9 %, sedang apabila tutupan karang hidup 25 – 49,9 %, dikatakan bagus apabila tutupan karang hidup 50 – 74,9 % dan dikatakan sangat bagus apabila mempunyai tutupan karang hidup > 75 % (Gomez dan Alcala, 1984).
2.3. Potensi dan Permasalahan Wilayah Pesisir
Potensi sumber daya pesisir dan laut merupakan karunia yang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat. Sementara itu, sudah banyak diketahui bahwa wilayah pesisir dan laut menyimpan permasalahan sekaligus ancaman, terutama yang berasal dari aktivitas manusia. Oleh karena itu, pengelolan wilayah pesisir dan laut secara terpadu menjadi penting, sekaligus mampu mewujudkan tujuan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah pesisir dan laut berkelanjutan. Mata kuliah ini secara umum mencakup perlunya pengelolaan wilayah pesisir dan laut, karakteristik, struktur dan dinamika ekosistem pesisir dan laut, rencana pengelolaan perikanan dan wilayah pesisir, tehnik dasar perencanaan pesisir dan laut, evaluasi ekonomi sumber daya pesisir dan laut (Tridoyo et,al,. 2010).
Wilayah pesisir secara ekologis adalah sebuah wilayah yang dinamik dengan pengaruh daratan terhadap lautan atau sebaliknya. Proses keterkaitan antara wilayah daratan dan lautan ini merupakan sumber dinamika yang penuh tantangan dalam kerangka pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu. Dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kelautan dan Perikanan menerbitkan Surat Keputusan No.10/MEN/2003 tentang Panduan Perencanaan Pengelolaan Pesisir Secara Terpadu.  Potensi Sumber Daya Pesisir dan Laut meliputi (Anonim, 2010) :
  1. Potensi Sumber Daya Perikanan
  2. Potensi Sumber Daya Energi dan Mineral
  3. Potensi Perhubungan Laut
  4. Potensi Pariwisata Bahari
Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral pada dasarnya berkaitan hanya dengan satu jenis sumber daya atau ekosistem untuk memenuhi tujuan tertentu (sektoral), seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, industry, pemukiman, perhubungan, dan sebagainya. Dalam pengelolaan semacam ini, dampak “cross-sectoral” atau “cross-regional” seringkali terabaikan. Akibatnya, model perencanaan dan pengelolaan sektoral ini menimbulkan berbagai dampak yang dapat merysak lingkungan dan juga dapat menghambat bahkan mematikan sector lainnya (Bengen, 2002).
Berdasarkan keberlanjutan pemanfaatannya, sumber daya alam dapat berupa seumber daya yang terbaharukan dan tidak terbaharukan. Sumber daya alam yang terbaharukan antara lain meliputi sumber daya perikanan, rumput laut, hutan mangrove, dan terumbu karang. Adapun sumber daya yang tidak terbaharukan meliputi pasir, mineral, minyak bumi, dan bahan tambang lainnya (Mardianto, 2002).
Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu memilki pengertian bahwa pengelolaan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakuakn secara kontinyu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosoial-ekonomi-budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir (stakeholders) serta konflik kepentingan pemanfaatan yang mungkin ada (Bengen,2002).
Sumber daya yang tidak dapat pulih terdiri dari seluruh mineral dan geologi, yang termasuk kedalamnya antara lain minyak gas, granit, emas, timah, Bouksit, tanah liat, pasir, dan Kaolin.Sumber daya geologi lainnya adalah bahan baku industri dan bahan bangunan, antara lain kaolin, pasir kuarsa, pasir bangunan, kerikil dan batu pondasi (Yuniarti, 2007).
Jika ditinjau dari fungsinya, ekosistem pesisir memiliki 4 fungsi utama bagi kehidupan manusia, yaitu : (a) sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan, (b) sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan (estetika), (c) sebagai penyadia sumber daya alam, dan (d) sebagai penyerap atau penerima limbah. Sebagai pendukung eksistensi kehidupan manusia, wilayah pesisir menyediakan jasa-jasa pendukung kehidupan seperti udara yang segar, air yang bersih dan juga ruang untuk berbagai kegiatan manusia. sementara fungsinya sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan, wilayah pesisir menyediakan berbagai ekosistem yang indah besetra segala atribut-atributnya. Sebagai penyedia sumber daya alam, wilayah pesisir merupakan ekosistem yang sangat kaya akan sumber daya alam baik yang dapat pulih maupun tidak, yang pada hakekatnya didutuhkan dalam pemenuhan kehidupan manusia. demikian juga sebagai penerima limbah, hampir seluruh limbah yang dihasilakan oleh manusia di darat terakumulasi di wilayah pesisir (Ortonalo, 1984).

BAB III
METODE
3.1. Pelaksanaan Praktikum
·         Waktu             : Sabtu, 25 Desember 2010
·         Tempat           : Pantai Mentigi, Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang,
 Kabupaten Lombok Utara
3.2. Alat dan Bahan
·         Alat     :
a.       Snorkel
b.      Fin
c.       Camera
d.      Alat Tulis
e.       Buku identifikasi biota laut
f.       Thermometer
g.      Refraktometer
h.      pH meter
i.        Sechi disk
·         Bahan  :
a.       Sampel beberapa biota laut
b.      Air laut
3.3. Prosedur Kerja
a. Dilakukan pengamatan terhadap kondisi geografi, social masyarakat, dan wilayah pesisir mentigi
b. Dilakukan wawancara dengan kepala dusun sebagai nara sumber
c. Dilakuakan pengamatan terhadap ekosistem yang terdapat di wilayah pantai mentigi
d. Dilakukan koleksi sampel dari tiap spesies yang terdapat pada ekosistem dan diidentifikasi tiap spesies tersebut
e. Dilakukan wawancara dengan masyarakat sekitar pantai mentigi
f. Didokumentasikan setiap spesies yang ditemukan serta ekosistem yang ada
g. Dilakukan pengukuran parameter lingkungan perairan pantai mentigi.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pantai mentigi terletak di Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Wilayah pantai mentigi dibatasai oleh dua gunung. Dusun Mentigi seluas 50 hektar secara geografi dibatasi oleh :
·         Utara : Laut
·         Timur : Dusun teluk nara
·         Selatan : Gunung
·         Barat : Dusun kecinan
Warga Dusun Mentigi terdiri dari 1.060 jiwa. Mata pencaharian penduduk umumnya nelayan dan petani. Penangkapan ikan dilakukan hingga ke selat Lombok dengan hasil tangkapan utama adalah ikan tongkol. Lahan pertanian yang dimanfaatkan adalah daerah pegunungan dengan komoditi utama kacang dan singkong. Singkong merupakan bahan makanan pokok masyarakat Dusun Mentigi. Pemeliharaan hewan ternak oleh warga juga dilakukan. Hewan tersebut meliputi kambing, ayam dan sapi. Lahan yang dimanfaatkan meliputi pekarangan rumah penduduk dan kebun kelapa. Hasil kelapa yang tumbuh di sekitar pantai dan perbukitan  untuk konsumsi sendiri oleh penduduk.
Lembaga yang terdapat di dusun mentigi ini meliputi sekolah dan departemen agama. Lembaga pendidikan telah lengkap mulai dari tingkat SD, SMP, hingga SMA. Gambar 3.1. adalah salah satu fasilitas sekolah yang ada di Dusun Mentigi. Fasilitas kesehatan masih tergolong kurang. Pelayanan kesehatan didapatkan melalui posyandu yang datang ke tiap rumah. Terdapat puskesma desa malaka sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan bagi warga serta puskesmas di Pemenang yang lokasinya tergolong cukup jauh.

 
Gambar 3.1. Fasilitas sekolah
Akses jalan menuju Dusun Mentigi sudah tergolong baik seperti yang terlihat pada gambar 3.2. Untuk mncapai Dusun Mentigi dapat ditempuh melalui 2 jalur yaitu jalur batulayar dan jalur pemanang. Usaha pembukaan restoran mulai dilakukan oleh warga sekitar. Namun usaha ini masih sangat jarang mengingat wisatawan yang datang juga tergolong masih jarang. Penyediaan akomodasi penyebrangan dari pantai mentigi menuju tiga gili juga tidak dapat dilakukan karna tidak memiliki koprasi sendiri. Sejauh ini transportasi yang dilakukan untuk jasa angkut barang.

 
Gambar 3.2. fasilitas jalan
Saat ini tengah dibangun Villa di daerah perbukitan desa mentigi dan rumah singgah di dekat pantai. Hingga saat  ini pembangunan tersebut diterima dengan baik oleh warga karena belum ada dampak yang dianggap merugikan. Kontribusi pembangunan villa tersebut sejauh ini hanya pembayaran pajak ke desa.
Selama ini telah banyak dilakukan usaha pemerintah untuk pemanfaatan sumber daya masyarakat melalui pelatihan. Seperti pelatihan usaha budi daya kerapu yang baru-baru ini dilakukan. Hasilnya adalah dibentuknya keramba jarring apung untuk usaha budi daya karapu dan lobster. Usaha ini masih belum berjalan optimal karena belum adanya jalur pemasaran.
Sejauh ini potensi yang telah dilkembangkan dengan baik adalah potensi perikanan dan jasa transportasi. Gambar 3.3. menunjukan hasil perikanan di pantai Mentigi. Kondisi ekosistem dan perairannya tergolong baik. Fasilitas penunjang seperti kamar mandi, sumber air tawar, restoran, lisrtik, dan sarana transpotrasi telah tersedia. Namun potensi pariwisatanya belum berkembang dengan baik, ini terlihat dengan masih jarangnya wisatawan yang berkunjung.                                         
 Gambar 3.3. Ikan Hasil tangkapan Nelayan
Meskipun belum ada pengelolaan secara real dari desa untuk wilayah lautan namun usaha dari masyarakat sendiri telah dilkukan, termasuk aturan pembangunan di daerah pantai. Peraturan ini masih berupa draft yang diajukan dan masih menunggu persetujuan namun pembangunan rumah singgah untuk Villa telah dilakukan dekat pantai. Telah ada kesadaran masyarakat untuk menjaga pantai. Ini terlihat dari pantai yang bersih dan masih alami. Sudah dibentuk juga kelompok penjaga pantai yang mengawasi cara penangkapan ikan tidak ramah lingkungan seperti yang terjadi di masa lalu.
Akibat perbuatan masa lalu yang tidak bertanggung jawab dalam penangkapan ikan, ekosistem pesisisr mentigi mengalami perubahan. Pengeboman dan meracuni perairan untuk mendapatkan ikan menyebabkan rusaknya terumbu karang di daerah ini. sejak tahun 1980an terjadi abrasi pantai akibat hal ini, dampak yang ditimbulkan adalah majunya garis pantai hingga 10 meter dan mengurangi luas pantai. Sampai saat ini pantai berpasir yang dapat ditemui sebelum mencapai garis pantai hanya sekitar 2 meter. Padahal pasir pantai daerah mentigi adalah pasir putih sehingga dapat dijadikan nilai tambah untuk pengembangan daerah ini sebagai daerah tujuan wisata. Beruntung saat ini telah diberlakuakn larangan untuk pengambilan pasir pantai oleh pemerintah.  Sanksi untuk pelanggaran ini lebih berat dari kegiatan pengeboman dan meracuni perairan untuk menangkap ikan.
Pantai mentigi yang diapit oleh 2 gunung menyebabkan daerah ini tidak berarus sehingga aman untuk berenang dan bermain kano. Kuat arus perairan mentigi adalah 0,083-0,11 m/dt. Substrat pantai mentigi sebelah timur berpasir dengan gelombang lebih tenang dibandingkan dengan yang di seberlah barat. Seperti yang terlihat pada gambar 3.4 dan 3.5. Hal ini karena pada daerah ini terumbu karangnya masih tergolong baik. Airnya juga jernih sehingga potensi untuk wisata bawah air dapat dikembangkan. Banyak kapal nelayan yang terdapat di sepanjang pantai sebelah barat dan banyak karang mati yang dapat dilihat di bibir pantai. Ekosistem karangnya telah rusak parah dan hanya terdapat karang lunak. Padang lamun masih lebat dan cukup luas di sepanjang pantai mentigi. Pantai di ujung barat memiliki substrat berbatu dan banyak ditemukan kepiting.
Pantai bagian timur  terdapat keramba jaring apung.  Pada daerah daratannya terdapat berugaq, tempat parkir dan kamar kecil untuk mandi atau mengganti pakaian. Banyaknya pepohonan di sekitar pantai membuat daearah sebelah timur lebih sejuk dan nyaman dijadikan tempat bersantai. Dari garis pantai hingga 15m dapat dijumpai padang lamun dengan beragam spesies. Sekitar 20 m dari garis pantai hanya ditemui substrat berpasir dengan karang yang telah rusak. Pada jarak 20 hingga 30 m baru dapat ditemui berbagai jenis karang dan biota laut pengjuni ekosistem terumbu. Karangnya didomonasi oleh jenis massif dan submassif. Penambangan Tridacna dapat dijumpai di daerah ini. Saat air sedang surut juga dilakukan pengambilan molusca oleh anak-anak yang tinggal di daerah pantai mentigi.

Gambar 3.4. Pantai bagian Barat                                       

Gambar 3.5. Pantai bagian Timur
Suhu perairan pantai mentigi yaitu 31 0 C, kelembaban 64 %, pH 7, salinitas 40 0 /00  , dan kecerahan 1 M.  Berdasarkan pengukuran parameter lingkungan perairan tersebut maka daerah mentigi menunjang keberadaan beberapa ekosistem di daerah ini. Hal ini juga yang menyebabkan beragamnya spesies yang ditemukan pada ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Berikut spesies yang ditemukan pada ekosistem yang terdapat di pantai mentigi:
1.      Padang lamun :
a.      Halopila ovalis
b.      Simodose rotundata
c.       Enhalus acoroides
d.      Halodule pinifolia
e.       Halodule veninervis
f.        Thallasia hemimpricii
2.      Terumbu karang
a.       Favites
b.      Pocilopora
c.       Acropora
d.      Porites
e.       Montipora
f.       Heliopora
g.      Fungia
h.      Halimaeda
i.        Stylopora
j.        Sponge : Membranobalanus longirastrum
         Callyspongia sp
         Clatharia renwardti
k.      Turbinaria
l.        Diadema setosum
m.    Echinocardium cordatum
n.      Ikan : Plataxteira
Amphirion ocellaris
Pomacentrus
Zanclus cornutus
o.      Molusca : Trochus
Turbinidae
Stombus
Lambis chiragra
Cypraea
Buccins
Olives
Conus
Tellina staurella
p.      Bivalvia : Tridacna
Anadara
Pariglypta
Acmaeidae
Neritidae
TABEL ANALISIS SWOT EKOSISTEM YANG TERDAPAT DI PANTAI MENTIGI
No.
Ekosistem
Strengths
Weakneses
Oportunites
Threats
1.
Terumbu Karang
Kondisi karang baik, keanekaragaman karang yang cukup tinggi, banyak biota yang ditemukan seperti ikan; bivalvia; dan molusca. 

Terdapat karang yang rusak pada beberapa tempat dan belum adanya usaha rehabilitasi.
Obyek wisata bahari dan peningkatan produksi perikanan
Aktivitas pelayaran, penambangan bivalvia, molusca, dan aktivitas di daratan
2.
Lamun
Luas dan terbentang di sepanjang pantai serta ditemukan jenis yang beragam
Belum adanya pemanfaatan dari masyarakat
Bahan kerajinan dan peningkatan produksi hasil perikanan
Pembangunan dekat pantai
3.
Mangrove
Mencegah abrasi dan menjaga garis pantai
Hanya sedikit jumlah dan jenis yang ditemukan
Sebagai peneduh 
Pembangunan dekat pantai
4.
Bibir Pantai
Pasir putih dan ada substrat berbatu sebagai habitat beberapa biota
Luasnya makin berkurang
Daya tarik bagi wisatawan 
Pembangunan dekat pantai dan pengambilan biota secara berlebihan
           
Terdapat empat ekosistem yang ditemukan di pantai mentigi, yaitu ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove dan bibir pantai. Berdasarkan analisis SWOT yang dilakuakn terhadap keempat ekosistem tersebut, masing-masing memiliki kelebihan, kekurangan, potensi dan ancaman masing-masing.
            Pada ekosistem terumbu karang yang terdapat di pantai mentigi menyimpan kekayaan yang potensial untuk dikembangkan. Beranekaragamnya spesies karang yeng ditemukan dapat dijadikan obyek wisata yang menarik bagi wisatawan. Beragamnya spesies terumbu karang dan kondisi yang masih tergolong baik juga menjadi habitat bagi berbagai biota laut lain seperti ikan dan moluska. Hal ini berpotensi dalam peningkatan produksi hasil perikanan.
Ekosistem terumbu karang yang terdapat di pantai mentigi juga memilliki kekurangan sepoerti ditemukannya kerusakan di beberapa bagian pantai, yaitu pantai mentigi sebelah barat. Kerusakan ini belum mendapat perhatian untuk diklakukannya rehabilitasi. Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang di daerah ini adalah dengan adanya aktivitas pelayaran yang membuang jangkar kapal di daerah terumbu karng sehingga dapat merusak karang. Selain itu aktivitas di darat sreperti pembuangan limbah pembangunan serta penggundulan lahan atas dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup hewan karang.
Ekosistem lamun pada perairan mentigi berada dalam kondisi yang baik. Padang lamun terhampar di sepanjang pantai mulai dari bagian timur hingga barat. Jumlah spesies yang ditemukan di perairan ini mencapai 5 spesies. Belum dimanfaatkannya lamun oleh masyarakat menjadi kekurangan dalam pengelolaan potensi ini, padahal lamun dapat dijadikan bahan kerajinan. Selain itu lamun sebagai tempat hidup berbagai moluska dan ikan menjadi sumber pencarian bagi warga sekitar. Ancaman yang dihadapi ekosistem ini adalah aktivitas pembangunan yang terlalu dekat dengan pantai. Dikhawatirkan pembuangan limbah pembangunan dapat merusak lamun yang ada.
Ekosistem mangrove di pantai mentigi tergolong jarang. Mangrove yang ada sangat sedikit sehingga potensi yang dapat digali juga kuang. Sejauh ini mangrove yang ada dimanfaatkan sebagai pohon peneduh bagi wisatawan atau masyarakat sekitar yang datang ke pantai ini. ancaman yang dialaminya adalah dengan adanya aktivitas pembangunan di pinggir pantai dapat mengurangi lahan tempat tumbuhnya mangrove.
Ekosistem bibir pantai adalah daya tarik bagi pantai ini. pasir yang putih mampu menarik wisatawan untuk datang. Pada pantai bagian barat substratnya berbatu sehingga berpotensi sebagai salah satu tempat pencarian moluska dan kepiting oleh warga masyarakat sekitar. Kekurangannya adalah luas bibir pantai yang makin sempit karena abrasi pantai. Ancaman yang ada adalah aktivitas pembangunan yang dapat menyebabkan makin sempitnya bibir pantai serta limbah buangannya dapat merusak kendahan pasir pantai putihnya. 
MATRIKS
No  Vertikal↓ ∕ Horizontal→    A   B   C   D   E   F   G   H   I   J   K   L   M   N   O   P   Q   R
A      Terumbu karang                       
B      Lamun                               
C       Pasir                                      
D      Restoran                                    
E      Wisatawan                                     
F      Villa                                            
G      Budidaya                                                     
H     Akomodasi Dan Fasiltas            ☺☺ ☺ ■ 
I      Pepohonan                                    ☺ ☼ ■    
J      Nelayan                                                  
K      Pedagang                                                
L     Moluska                                       ≠ ■               
M     Petani                                                              
N     Aktifitas Pelayaran                                           
O     Water Sport                                                            
P     Penambang                                                            
Q     Masyarakat                                                                   
R      Fasilitas Kesehatan                                                       
KETERANGAN :
          Ada hubungan antara horizontal dengan vertikal
          Sama – sama menguntungkan                       
         Horizontal menguntungkan vertikal
          Tidak ada hubungan antara vertical dengan horizontal
          ada hubungan positif antara vertical dan horizontal
        vertical merugikan horizontal
        ada hibungan negative dan positif antara vertical dengan horiozontal
        vertical menguntungkan horizontal 


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
a.       Pantai mentigi memiliki potensi dalam bidang pariwisata, perikanan, dan jasa transportasi.
b.      Ekosistem yang ada adalah terumbu karang, lamun, mangrove dan bibir pantai.
c.       Potensi yang telah dikembangkan meliputi bidang perikanan dan transportasi.
d.      Potensi yang belum berkembang adalah pariwisata.
e.       Permasalahan yang ada di pantai ini adalah aktivitas pembangunan di dekat pantai yang dapat mengancam kelestarian ekosistem yang ada.
5.2. Saran
            Diharapkan adanya usaha dari pemerintah untuk promosi pantai mentigi sebagai salah satu obyek wisata. Selain itu diharapkan dibuat peraturan yang mengatur tentang pembangunan di sekitar pantai sehingga tidak mengancam keberadaan ekosistem yang ada dan pengaturan dalam pelayaran untuk menghindari kerusakan terumbu karang atau ekosistem sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010 . Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut.
Administrator. 2009. Informasi Data Statistik NTB Potensi NTB.
Bengen. 2002. Pengelolaan Wilayah Pesisr terpadu. Jakarta : Lembaga Ilmu Pemgetahuan
Indonesia
Dahuri R., Rais Y., Putra S.,G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Haryani, Gadis Sri. 2002. Pengelolaan Ekton : Potensi, Permasalahan dan strategi. Jakarta :
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kusumastanto,Tridoyo., Luky Adrianto, Ario Damar. 2006. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Laut. Jakarta: Universitas Terbuka
Ortolano, L., 1984. Environmental Planning and decision Making. John Wiely and sons.
Toronto, p.431.
Supriharyono. 2000. Pelestarian Sumberdaya Ekosistem Wilayah Pesisir dan Lautan di Daerah
Tropis. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut
Tropis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

3 komentar: